Memanen Jamur Tiram di Warjabakti
HIMAMIKRO Archaea ITB telah cukup lama bergabung dengan Gebrak Indonesia dan berkolaborasi dengan Satoe Indonesia dalam program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Warjabakti. Saat ini, program kerja Pengmas Warjabakti HIMAMIKRO Archaea telah memasuki tahun kedua. Di tahun pertama, Pengmas Archaea telah berhasil menginisiasi program budidaya jamur tiram di Desa Warjabakti, dengan dibantu kader Pak Dayat. Pada tahapan awal, dilakukan percobaan budidaya jamur tiram pada kumbung berukuran 1,5×2.0 m. Kumbung tersebut mampu menampung baglog (media tanam jamur) sebanyak 500 buah. Tim pengmas Archaea memberikan edukasi mengenai bagaimana merawat baglog dalam kumbung. Di tahun kedua ini, Pengmas Archaea memiliki target perbesaran kumbung, sekaligus juga melakukan sosialisasi budidaya Jamur Tiram di Desa Warjabakti.
Di awal tahun 2016 lalu, telah dibangun kumbung jamur tiram 5×5 meter yang mampu menampung hingga 5000 baglog, dan Mei lalu, seribu baglog telah disuplai dalam kumbung ini. Produksi jamur tiram pun meningkat dari 2-3 kg per hari menjadi 6-8 kg per hari. Namun ada kalanya satu kali panen jamur tiram dapat mencapai hingga 12 kg per hari. Biasanya Pak Dayat beserta istrinya, Bu Lis umumnya menjual jamur tiram ini langsung ke tetangga sekitar, ataupun menjualnya ke pengepul. Harga jamur tiram yang dijual umumnya sebesar Rp. 10.000,- per kilogram.
Gambar 1. Kumbung berukuran 5×5 m
Pada awalnya, sistem kader dibuat untuk program edukasi budidaya jamur tiram. Namun, karena besarnya antusiasme warga lain, maka sosialisasi budidaya jamur tiram pun akan dilakukan pada kepengurusan kali ini. Program sosialisasi budidaya jamur tiram ini mencakup pembuatan baglog, proses sterilisasi dan inkubasi hingga tips menjaga pertumbuhan jamur tiram agar tetap optimal.
Umumnya kesulitan utama dalam proses budidaya jamur tiram adalah adanya kontaminasi jamur lain pada baglog. Hal ini disebabkan oleh proses sterilisasi baglog yang kurang baik, sehingga diperlukan alat sterilisasi khusus yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi. Hingga saat ini, suplai baglog yang didapatkan untuk program budidaya jamur tiram ini langsung berupa baglog putih (baglog yang telah terisi jamur). Namun, pada kepengurusan kali ini, tim Pengmas Archaea berupaya untuk dapat mengedukasi warga Warjabakti dalam membuat baglog, yang didukung dengan penyediaan alat sterilisasi khusus. Diharapkan di akhir program ini nanti, Pak Dayat beserta warga Warjabakti lainnya mampu berupaya mandiri dari tahapan awal dalam budidaya jamur tiram.
Gambar 2. Jamur tiram hasil panen