Jamur: Pahlawan dan Penjahat di Balik Karya Seni Kuno

Direkomendasikan oleh: Khansa Muthia Mahlil (Archaea’22)

Ketika kita berbicara tentang karya seni kuno dan situs bersejarah, kita membayangkan keindahan dan nilai sejarah yang tak ternilai harganya. Namun, ada ancaman tersembunyi yang mengintai keindahan ini, yakni biodeteriorasi oleh jamur. Apa itu biodeteriorasi? Sederhananya, ini merupakan proses yang mengarah pada penurunan kualitas suatu benda akibat aktivitas organisme, terutama mikroorganisme seperti alga, bakteri, dan jamur.

Kisah Lascaux Cave dan “Penyakit Hijau”

Contoh nyata biodeteriorasi terdapat di Gua Lascaux, Prancis. Gua ini terkenal dengan lukisan prasejarahnya, tetapi harus ditutup setelah 15 tahun dibuka untuk umum. Alasannya? Kemunculan “penyakit hijau” yang menodai permukaan lukisan pada gua. Momok ini berasal dari alga uniseluler Bracteacoccus minor, yang pertumbuhannya didukung oleh masuknya cahaya ke dalam gua, tanah yang terbawa pengunjung, peningkatan karbon dioksida serta zat organik dari napas dan keringat pengunjung.

Jamur: Ancaman Utama bagi Karya Seni

Meskipun alga dan bakteri bisa memulai proses biodeteriorasi, jamurlah yang sering kali menjadi penjahat utama. Jamur memiliki kemampuan luar biasa untuk memanfaatkan berbagai senyawa karbon yang menjadi bahan dasar karya seni kuno seperti kayu, kertas, dan tekstil. Mereka juga dapat mengeluarkan zat ekstraseluler yang mampu mendegradasi artefak berbahan logam, batu, dan keramik.

Gambar 1 Dampak Jamur Epicoccum sp. pada Kertas dan Selulosa: Epicoccum sp. memiliki melanin yang memicu munculnya noda pada gelap pada kertas (Gadd dkk., 2024)

Jamur dapat bertahan hidup di kondisi oligotrofik yang miskin nutrisi dan bisa dengan mudah menyebar melalui spora. Itulah mengapa karya seni tua sangat rentan terhadap kontaminasi jamur. Biodeteriorasi oleh jamur bisa berupa biomineralisasi pada logam atau melanisasi yang menyebabkan perubahan warna pada permukaan karya seni.

Solusi: Pembersihan dan Bioproteksi

Namun, tidak semua berita tentang jamur buruk. Ada teknik bioproteksi dan biocleaning yang menggunakan jamur untuk melindungi karya seni. Pembersihan debu secara berkala sangat penting untuk mencegah perkembangan spora menjadi jamur. Menjaga kelembapan juga bisa mengurangi kolonisasi jamur.

Bioproteksi dan biocleaning berbasis mikroba dianggap lebih aman dan mulai diterapkan pada berbagai jenis material. Biodeteriosasi dapat dibedakan dengan bioproteksi melalui “rasio bioproteksi relatif”. Ini menunjukkan bahwa jamur tidak hanya menjadi ancaman, tetapi juga bisa menjadi pahlawan dalam melindungi warisan budaya kita.

Pentingnya Penelitian dan Pengembangan

Topik biodeteriorasi menjadi sangat penting karena nilai sejarah dan seni yang terkandung dalam karya seni kuno. Diharapkan teknik bioproteksi dan biocleaning berbasis mikroba dapat dikembangkan lebih baik lagi. Dengan cara ini, kita bisa memberikan proteksi maksimal tanpa merusak karya seni yang sangat berharga bagi peradaban manusia.

Oleh karena itu, mari kita jaga keindahan dan nilai sejarah dari karya seni kuno. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang biodeteriorasi dan teknologi perlindungan modern, kita bisa memastikan bahwa warisan budaya ini tetap utuh untuk dinikmati generasi mendatang. Yuk, cari tahu lebih lanjut melalui jurnal dan referensi terkait!

Referensi:

Ciferri O. Microbial degradation of paintings. (1999). Appl Environ Microbiol. 65(3):879-85. Doi: 10.1128/AEM.65.3.879-885.1999. PMID: 10049836; PMCID: PMC91117.

Gadd GM, Fomina M, Pinzari F. (2024). Fungal biodeterioration and preservation of cultural heritage, artwork, and historical artifacts: extremophily and adaptation. Microbiol Mol Biol Rev. 88(1):e0020022. Doi: 10.1128/mmbr.00200-22. Epub 2024 Jan 5. PMID: 38179930; PMCID: PMC10966957.

Baca juga artikel lainnya: