Menaklukkan Tuberkulosis dengan Bakteriofaga

Direkomendasikan oleh Nashita Saaliha (Archaea‘21)

Bagaikan tokoh utama dalam film action yang memiliki musuh bebuyutan, kita juga memiliki musuh yang telah lama menyerang selama kurang lebih 9000 tahun. Siapakah dia? Ya! Tuberkulosis. Sejak pandemi COVID-19 terjadi lonjakan angka kematian akibat Tuberkulosis yang disebabkan oleh keterbatasan sumber daya di daerah yang native TB. Bahkan selama 20 tahun terakhir, multi-drug strains (MDR), extensively-drug (XDR), extremely-drug (XXDR), dan total-drug resistant (TDR) dari M. tuberculosis telah menjadi tantangan global. Menurut WHO Global TB report, Mycobacterium resisten akan membunuh lebih dari 75 juta orang selama 35 tahun ke depan. Persebaran strain Mtb resisten ini dapat dipicu oleh banyak faktor, seperti salah pemberian obat, akses obat yang rendah, dan komitmen pengobatan yang buruk.

Sebelumnya kita akan berkenalan dengan salah satu pahlawan yang berpotensi dapat menaklukkan TB, bakteriofaga! Bakteriofaga (faga) adalah jenis virus yang secara alami menginfeksi bakteri. Mengapa bakteriofaga? karena dari sekian banyak upaya pengembangan obat untuk melawan TB, terapi faga dianggap menjadi solusi yang tepat sasaran serta dapat digunakan secara klinis untuk mengendalikan penyakit akibat bakteri sebagai agen antibakteri alami. Secara umum, faga dengan M. tuberculosis akan menginjeksikan materi genetiknya sehingga masuk ke dalam fase litik atau lisogenik di dalam sel Mtb. Kemudian, bakteriofaga akan melisiskan Mtb menggunakan sistem endolysin-holin. Memangnya, bakteriofaga punya mekanisme terapi seperti apa sih? Yuk, simak penjelasan lebih lengkapnya pada jurnal yang ditulis oleh Kelishomi dkk. (2022).

Gambar 1 Mekanisme Lisis Bakteri oleh Bakteriofaga (Kelishomi dkk., 2022)

Setelah analisis secara in vitro, setiap kandidat pengobatan perlu dievaluasi efektivitas dan keamanannya pada organisme hewan model, sebelum diujikan pada manusia. Untuk menjaga keamanan personel pengujian kandidat obat M. tuberculosis, digunakan sel M. smegmatis yang mirip secara genomik dengan Mtb. Terdapat beberapa alternatif yang dapat diterapkan untuk mentransfer mycobacteriophage ke dalam sel mamalia untuk mencapai M. tuberculosis. Pertama, M. smegmatis yang terinfeksi oleh bakteriofaga digunakan sebagai karier dan difagositosis menjadi fagosom yang mengandung M. tuberculosis. Bakteriofaga akan bereplikasi dalam M. smegmatis dan melisiskan M. tuberculosis yang berada di dalam makrofag sehingga M. tuberculosis akan pecah dan mati. Kedua, bakteriofaga dapat dikemas dalam liposom untuk mempermudah menginfeksi makrofag. Ketiga, produksi bakteriofaga polyvalent yang mampu mengindentifikasi sel eukariot yang terinfeksi Mtb.

Gambar 2 Eksperimen In Vivo pada Sel Mamalia (Kelishomi dkk, 2022)

Menarik sekali bukan? Terapi faga ini juga masih dapat diteliti dan dikembangkan lagi kedepannya dengan memahami mekanisme enzimatik, sistem regulasi, dan sifat biokimia pada terapi faga. Selain itu, masih diperlukan regulasi pengobatan dengan terapi faga, serta bukti penelitian yang kuat untuk mendukung pengobatan dengan terapi faga. Dengan meningkatkan eksperimen in vitro dan in vivo, kita dapat lebih banyak mengetahui berbagai aspek terapi faga dan interaksinya dengan sel Mtb dan sistem imun manusia. Selanjutnya, pada kondisi antibiotik sendiri, infeksi tidak dapat tereliminasi, sehingga bakteriofaga dapat digunakan secara bersamaan. Dengan menelusuri struktur bakteriofaga dan enzimnya, maka terapi faga yang terpersonalisasi, serta kombinasi dengan antibiotik dapat menjadi pengobatan menjanjikan untuk melawan TB yang resisten terhadap obat.

Kapan lagi kita punya kesempatan untuk membantu dunia melawan musuh kuat tak kasat mata ini. Kamu pastinya masih penasaran tentang kelanjutan dari strategi dan mekanisme yang dilakukan oleh bakteriofaga serta dampaknya bagi Tuberkulosis dan manusia. Yuk, perkaya lagi wawasan kamu mengenai terapi faga melalui jurnal yang ditulis oleh Kelishomi dkk. (2022) beserta referensi terkait!

Referensi

Kelishomi, Z. F., Khanjani, S., Fardsanei, F. et al. (2022). Bacteriophages of Mycobacterium tuberculosis, their diversity, and potential therapeutic uses: a review. BMC Infect Dis 22, 957. https://doi.org/10.1186/s12879-022-07944-9

Baca juga artikel lainnya: