Menghindari Gigitan Nyamuk dengan Merekayasa Mikroba Kulit

Direkomendasikan oleh: M. Affan Abdullah (Archaea’22)

Bagaimana cara kamu untuk menghindari gigitan nyamuk? Apakah kamu menggunakan obat oles, obat bakar, atau alat lain seperti kelambu dan raket nyamuk? Bagaimana jika terdapat alternatif dimana untuk menghindari gigitan nyamuk, kamu tidak perlu  menggunakan produk-produk tersebut, tapi malah mengubah komposisi mikroba pada kulit kamu sehingga nyamuk tidak tertarik mendekatimu?

Nyamuk menggunakan indra penciuman untuk mengenalimu

Tidak semua jenis nyamuk mengonsumsi darah manusia. Ada nyamuk yang mengkonsumsi darah hewan vertebrata lain seperti katak ataupun ular, maupun hewan invertebrata seperti cacing atau lintah. Nyamuk yang berbeda akan memiliki inang yang berbeda pula. Untuk dapat mengenali inang yang sesuai dengan preferensinya tersebut, nyamuk mengandalkan sensor olfaktori (penciuman) miliknya (Konopka et al., 2021).

Gambar 1 Sensor olfaktori pada nyamuk anopheles yang terdiri dari sepasang 
antena, sepasang maxillary palps, dan satu labella (Konopka et al., 2021)

Untuk mengidentifikasi manusia, nyamuk antropofilik seperti Anopheles gambiae, Aedes aegypti, serta Culex quinquefasciatus mampu mengenali berbagai zat seperti CO2, urea, dan L-(+)-lactic acid. L-(+)-lactic acid atau asam laktat sendiri diketahui merupakan molekul yang paling membantu nyamuk antropofilik dalam mengenali manusia. Senyawa ini diketahui diproduksi oleh kelenjar pada kulit bersama dengan keringat dan senyawa lainnya (Smallegange et al., 2011; Liu et al., 2023)

Merekayasa Pikatan Mikrobioma Kulit terhadap Nyamuk

Keringat manusia akan lebih menarik untuk nyamuk setelah diinkubasi bersama dengan bakteri kulit (Smallegange et al., 2011). Hal ini karena mikroba pada kulit dapat mengkonversi senyawa non-volatil menjadi senyawa volatil sehingga memproduksi senyawa pemikat nyamuk (Virhust et al., 2011). 

Berdasarkan konsep tersebut, Liu et al., (2023) mencoba merekayasa kedua mikroba yang berperan besar pada kulit manusia, Staphylococcus epidermidis dan Corynebacterium amycolatum, sebagai solusi alternatif untuk menghindari gigitan nyamuk. Tim mereka menghapus gen l-ldh pada kedua bakteri tersebut sehingga keduanya tidak bisa memproduksi asam laktat yang diketahui dapat meningkatkan ketertarikan nyamuk. Mereka kemudian membandingkan kemampuan bakteri mutan (dengan rekayasa) tersebut dengan bakteri wild-type (tanpa rekayasa) dalam memikat nyamuk. Hasilnya, nyamuk memang menjadi kurang mendekat terhadap mutan dibandingkan wild-type. Bahkan hal ini juga terbukti pada uji terhadap tikus! (Liu et al., 2023).

Gambar 2 Skema pengujian in vitro (Liu et al., 2023)
Gambar 3 Skema Pengujian in vivo (Liu et al., 2023)

Penelitian ini menunjukkan bagaimana rekayasa mikroba dapat menjadi solusi masalah kita sehari-hari. Meski belum sebanding dengan efektivitas obat oles, alternatif solusi ini memiliki potensi yang menarik untuk dikembangkan di masa depan. Bila teknologi ini telah berkembang, apakah kamu tertarik mencobanya???

Referensi:

Konopka, J. K., Task, D., Afify, A., Raji, J., Deibel, K., Maguire, S., Lawrence, R., & Potter, C. J. (2021). Olfaction in Anopheles mosquitoes. Chemical Senses, 46. https://doi.org/10.1093/chemse/bjab021

Liu, F., Coutinho-Abreu, I. V., Raban, R., Nguyen, T. T. D., Dimas, A. R., Merriman, J. A., & Akbari, O. S. (2023). Engineered skin microbiome reduces mosquito attraction to mice. bioRxiv (Cold Spring Harbor Laboratory). https://doi.org/10.1101/2023.12.20.572663

Smallegange, R. C., Verhulst, N. O., & Takken, W. (2011). Sweaty skin: an invitation to bite? Trends in Parasitology, 27(4), 143–148. https://doi.org/10.1016/j.pt.2010.12.009

Verhulst, N. O., Qiu, Y. T., Beijleveld, H., Maliepaard, C., Knights, D., Schulz, S., Berg-Lyons, D., Lauber, C. L., Verduijn, W., Haasnoot, G. W., Mumm, R., Bouwmeester, H. J., Claas, F. H. J., Dicke, M., Van Loon, J. J. A., Takken, W., Knight, R., & Smallegange, R. C. (2011). Composition of human skin microbiota affects attractiveness to malaria mosquitoes. PloS One, 6(12), e28991. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0028991

Baca juga artikel lainnya: