Transplantasi Sel Punca: Kunci Pulih dari HIV

Direkomendasikan oleh: Michael Joseanto (Archaea’22)

HIV dapat sembuh?

HIV adalah virus imunopatogenik karena dapat menyerang sel limfosit T CD4. Nah, sel tubuh yang diserang tersebut ternyata berfungsi sebagai sel T helper yang membantu aktivasi komponen sistem imun lainnya. HIV sendiri sulit untuk dideteksi dan dieliminasi total dari tubuh melalui hanya terapi kombinasi obat antiretroviral (ART). Hal ini disebabkan oleh sifat virus ini yang dapat ‘bersemayam’ dalam bentuk dsDNA dengan menyisip ke dalam kromosom DNA manusia pada inti sel! Belum lagi saat virus dapat bermutasi dengan cepat sehingga sulit dikenali secara langsung (Vidya Vijayan dkk., 2017).

Gambar 1. Invasi HIV ke Sel CD4 (NIH, 2021)

Namun, ada secerca harapan melalui salah satu kasus ajaib seorang warga Jerman, Timothy Ray Brown (1966-2020). 

Timothy adalah pasien pertama bebas HIV yang duluan dikenal sebagai ‘Berlin patient’. Awalnya, ia didiagnosis positif untuk HIV pada tahun 1995 saat sedang menjalani studi di Universitas Berlin. Setelah itu, ia menjalani pengobatan seperti pasien lainnya dengan obat zidovudine (AZT) dan inhibitor protease. Namun, Timothy terdiagnosis kanker myeloid leukemia akut sehingga harus menjalani kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang. Dia menerima sel punca dari donor khusus yang membawa mutasi CCR5 Delta 32, yaitu mutasi gen yang mengubah reseptor CCR5. Setelah transplantasi hingga 6 tahun, Timothy berhasil terdiagnosis negatif untuk HIV (Brown, 2015).

Mengapa bisa begitu?

Reseptor CCR5 umumnya menjadi jalur masuk utama sebagian besar strain virus HIV. Oleh karena itu, para ilmuwan menyarankan bahwa CCR5 merupakan target terbaik untuk penyembuhan HIV dengan mencegah invasi virus pada tahap awal. Sekitar 1% orang keturunan Eropa memiliki mutasi pada kedua salinan gen CCR5, tetapi sekitar 10% orang dengan keturunan tersebut memiliki 1 salinan gen yang bermutasi (Mallapaty, 2024). Orang-orang tersebut menjadi calon pendonor yang baik untuk menyembuhkan HIV. Baru-baru ini, Mallapaty (2024) mengungkapkan bagaimana hingga adanya orang ke-7 di Jerman mengalami penyembuhan yang sama dan bebas dari obat antiretroviral sejak tahun 2018 setelah transplantasi di tahun 2015.

Meski begitu, masih belum ada penjelasan bagaimana penyembuhan total terjadi terhadap pasien yang masih memiliki sel inang rentan HIV. Mereka mengusulkan beberapa mekanisme, salah satunya bagaimana kombinasi terapi yang sudah dilakukan berkontribusi. Pemberian antiretroviral dan kemoterapi diduga membunuh banyak virus dan sel kekebalan tubuh tempat HIV bersembunyi. Selanjutnya, sel donor yang ditransplantasikan mungkin menandai sel-sel inang asli yang tersisa sebagai sel asing dan menghancurkannya bersama dengan virus yang ada di dalamnya. Tapi siapa tahu ada mekanisme lain yang belum terpikirkan?

Kasus-kasus ini dengan kasus lainnya dikompilasi secara lengkap pada artikel Mallapaty (2024) yang dipublikasi di Nature News Article. Dengan adanya kasus ajaib seperti Timothy, penelitian terkait pengobatan HIV-AIDS dapat berkembang tanpa harus bergantung obat antiretroviral yang harus dijalankan secara rutin!

Referensi

Brown, T. R. (2015). I am the Berlin patient: a personal reflection. AIDS research and human retroviruses, 31(1), 2-3.

Mallapaty, S. (2024). Seventh patient ‘cured’ of HIV: why scientists are excited. Nature. https://www.nature.com/articles/d41586-024-02463-w#:~:text=A%2060%2Dyear%2Dold%20man,not%20resistant%20to%20the%20virus. 

Vidya Vijayan, K. K., Karthigeyan, K. P., Tripathi, S. P., & Hanna, L. E. (2017). Pathophysiology of CD4+ T-cell depletion in HIV-1 and HIV-2 infections. Frontiers in immunology, 8, 580.

Baca juga artikel lainnya: