Apa Arti Sebenarnya Kehadiran Escherichia coli dalam Air?
Penulis: Rila Tirta A. (Archaea ‘22), Dina Avanza M. (Archaea ‘22), Edeline Clarissa A. (Archaea ‘22), I Dewa Ayu Andina A. (Archaea ‘22), Kayla Vajira S. (Archaea ‘23), Faiqah Suci V. (Archaea ‘23)
Hubungan E. coli dan air mineral sudah sering menjadi kasus mulai dari tahun 2021. Dikutip dari ANTARA News (2021), 7 dari 10 rumah tangga mengonsumsi air tercemar E. coli yang kemungkinan berasal dari air sumur gali tidak terlindungi, mata air yang tidak terlindungi serta air permukaan.
Tapi, sebenarnya apa arti keberadaan E. coli ini bagi kesehatan?
Dalam industri air, masih banyak kebingungan tentang jenis-jenis E. coli yang bisa ditemukan dalam air, serta apa arti kehadirannya. Apakah selalu berbahaya? Apakah berarti air tidak layak dikonsumsi?
Apa itu Escherichia coli?
E. coli merupakan bakteri Gram Negatif (memiliki lipopolisakarida dan berwarna merah saat pewarnaan Gram) yang berbentuk basil (batang) dan versatile (dapat berkolonisasi dan bertahan di berbagai kondisi lingkungan, termasuk tubuh manusia). Sebagian besar strain dari E. coli tidak berbahaya, namun beberapa jenis seperti OH157:H7 Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) merupakan patogen yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (seperti bloody diarrhea).
Hubungan dengan Coliform: E. coli seringkali ditemukan pada feses dan digunakan sebagai indikator fecal contamination pada air mineral. Hal tersebut dikarenakan keberadaan E. coli meningkatkan probabilitas keberadaan patogen enterik pada air mineral tersebut. Karena sering ditemukan di feses, E. coli merupakan bagian dari fecal coliform. Coliform sendiri merupakan istilah bakteri yang hidup di saluran usus manusia namun ditemukan juga di tanah dan vegetasi.
Cara Uji Keberadaan Coliform
Beberapa metode standar untuk menguji keberadaan E.coli atau kelompok bakteri coliform diantaranya:
1. Uji EMB (Eosin Methylene Blue Agar)
Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membedakan E. coli dari bakteri lain berdasarkan kemampuan fermentasi laktosa. EMB mengandung pewarna eosin dan metilen biru yang menghambat bakteri Gram-positif dan memungkinkan deteksi bakteri fermentatif. Hasil: E. coli menghasilkan koloni berwarna hijau metalik akibat fermentasi laktosa yang kuat dan produksi asam tinggi.
2. Most Probable Number
MPN adalah metode kuantitatif berbasis statistik untuk mengestimasi jumlah bakteri coliform (termasuk Escherichia coli) dalam sampel air melalui uji tabung ganda atau tabung rangkap tiga. Sampel air diencerkan secara serial dan diinokulasikan ke dalam media kaldu laktosa. Bakteri coliform akan dapat memfermentasi laktosa, menghasilkan asam dan gas.
- Asam → menyebabkan perubahan warna medium.
- Gas → terdeteksi sebagai gelembung dalam tabung Durham.
Hasil positif: perubahan warna + gas.
Jumlah total coliform ditentukan dengan membandingkan pola tabung positif pada tiap tingkat pengenceran terhadap tabel MPN standar. Terdapat 3 tahap uji MPN:
- Presumptive test
- Confirmatory test
- Completed test
3. Membrane Filtration
Metode ini dilakukan dengan menghitung langsung jumlah koloni bakteri dalam volume tertentu air. Sampel air disaring menggunakan membran pori (0,45 µm), lalu membran diletakkan di atas medium selektif diferensial seperti Chromogenic Coliform Agar (CCA) yang dirancang untuk mendeteksi dan membedakan Escherichia coli dari fecal coliform lainnya berdasarkan perbedaan warna koloni. Koloni E. coli tumbuh di membran dan dapat dihitung secara langsung sebagai CFU (colony-forming unit).
4. Enzimatik
Uji ini mendeteksi keberadaan E. coli berdasarkan aktivitas enzim spesifik. E. coli menghasilkan enzim β-glukuronidase yang memecah substrat kromogenik atau fluorogenik, seperti MUG (4-methylumbelliferyl-β-D-glucuronide).Hasil: Fluoresensi atau perubahan warna yang menandakan aktivitas enzimatis khas E. coli.
Jika hasilnya “positif”, artinya terdeteksi bakteri indikator yang menandakan kemungkinan kontaminasi fekal. Tapi… jangan langsung panik.
- Hasil positif tidak selalu berarti air terkontaminasi bakteri patogen atau berbahaya. E. coli memiliki banyak strain — sebagian besar tidak menyebabkan penyakit.
- Supaya hasilnya valid, pengujian harus dilakukan dengan steril, penggunaan kontrol uji, analisis berulang, dan konfirmasi dengan metode qPCR/Real Time PCR.
- Yang penting bukan sekadar hasil “positif”, tapi bagaimana kita memahaminya secara ilmiah dan bijak.
Batas Aman E. coli dalam Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010, jumlah maksimal coliform maupun E. coli pada air minum adalah 0 CFU/mL dalam 100 mL air pada perhitungan apapun, termasuk TPC (Total Plate Count) dan MPN (Most Probable Number). Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 juga menyebutkan batas maksimal yang sama, terutama untuk air kelas 1 yang digunakan sebagai air minum.
Potensi Dampak Bagi Kesehatan
Sebagian besar E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa strain patogen seperti E. coli O157:H7 dapat menyebabkan penyakit diare berdarah yang ditandai oleh kram perut parah, diare encer yang tiba-tiba dan tidak berdarah namun bisa saja menjadi berdarah pada hari kedua atau ketiga ketiga (disebabkan oleh kerusakan vaskular dan epitel usus), dan terkadang muntah serta demam ringan. Diare kronis ini dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi parah hingga malnutrisi. Sekitar 6% dari pasien yang terinfeksi E. coli O157:H7, terutama anak-anak dan lansia, mengalami keterlibatan ginjal sehingga terjadi gagal ginjal, anemia hemolitik (kerusakan sel darah merah), dan trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) yang disebut Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) (World Health Organization, 2018).
Keberadaan E. coli dalam air menandakan bahwa air tersebut memiliki kemungkinan tercemar oleh kotoran manusia atau hewan. Karena E. coli berperan sebagai indikator pencemaran air, maka mungkin saja terdapat juga bakteri patogen lain pada air, misalnya adalah Salmonella Typ,,air minum yang tercemar bakteri coliform, maka kemungkinan risiko penularan tipes dapat meningkat. Meskipun begitu, hasil deteksi positif keberadaan E. coli pada air tidak selalu menandakan 100% keberadaan Salmonella pada air tersebut. Diperlukan tes spesifik untuk menguji keberadaan Salmonella, misal dengan kit khusus, immunoassay, dan lain-lain (World Health Organization, 2023).
Bagaimana E. coli Bisa Masuk ke Air Minum?
- Limpasan pertanian dan peternakan
- Kebocoran saluran pembuangan
- Pengolahan air yang tidak maksimal
- Kurangnya sanitasi tangki penyimpanan air
Kontaminasi E. coli dalam konteks air minum umumnya diasosiasikan dengan kontaminasi fecal (kotoran manusia atau hewan). Meskipun E. coli tidak selalu langsung berasal dari feses, akan tetapi keberadaan e. coli di air tetap menjadi peringatan bahwa sanitasi harus dievaluasi.
Kenapa Hal Ini Berbahaya?
- Tidak hanya air minum, bahkan danau atau kolam renang umum juga bisa jadi sumber penyebaran jika airnya tidak dirawat dengan benar.
- Ketika air yang tercemar tidak diuji atau diolah dengan baik, E. coli bisa menyebar cepat dan masuk ke rumah, sekolah, tempat kerja, atau fasilitas umum.
Solusi Teknis Penanganan Kontaminasi Coliform
- Sistem Sterilisasi Multi-Stage
- Ultrafiltrasi (UF) + UV-C LED:
- Filter membran 0.01 micron untuk menyaring bakteri coliform (APHA, 2017)
- Lampu UV-C 254 nm (dosis >40 mJ/cm²) untuk inaktivasi mikroba residual (Bolton & Cotton, 2008)
- Ozonisasi Otomatis:
- Injeksi ozon (0.1–0.5 ppm) periodik untuk sterilisasi saluran air (Langlais dkk., 1991)
- Biofilm Prevention
- Material Antimicrobial:
- Pipa dan nozzle berlapis silver nanoparticles (AgNPs) untuk hambat pertumbuhan biofilm (Lv dkk., 2018).
- Flushing Otomatis:
- Sistem bilas harian dengan air bertekanan tinggi untuk bersihkan saluran.
- Monitoring Mikrobiologis
- Portable Coliform Sensor:
- Sensor elektrokimia berbasis enzyme substrate method (contoh: deteksi β-galactosidase) (Wutor dkk., 2007)
- Hasil langsung terhubung ke dashboard pemeliharaan.
- PCR Portabel:
- Uji berkala dengan qPCR untuk deteksi E. coli dan coliform (jika diperlukan). (Fernández-Baca dkk., 2021)
- Desain Higienis
- Closed-Loop System:
Desain tertutup dengan one-way valve untuk hindari kontaminasi balik (Sharma dkk, 2024)
- Nozzle Anti-Splash: Pengisian tanpa kontak (touchless) untuk minim kontaminasi silang (Vitkovic, 2015)
- Respons Cepat Kontaminasi
- Automatic Shut-Off: Sistem mati otomatis jika sensor coliform terdeteksi (>1 CFU/100ml).
- Alert Maintenance: Notifikasi langsung ke tim teknis via aplikasi + rekomendasi tindakan.
Kesimpulan
- Coliform dan E. coli yang terdeteksi sebagai indikator kontaminasi fecal dalam air/minuman, menunjukkan potensi risiko kesehatan.
- Kontaminasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti diare, infeksi saluran pencernaan, dan komplikasi serius (HUS) pada kelompok rentan.
- Sumber kontaminasi utama berasal dari sanitasi buruk, limbah manusia/hewan, serta infrastruktur air yang tidak memadai.
- Masyarakat perlu merebus air dan menjaga higiene, sementara pemerintah harus memperkuat pemantauan kualitas air dan edukasi sanitasi.
- Identifikasi mikroba perlu proses validasi yang panjang dan tidak bisa disimpulkan hanya dari satu uji saja. Oleh karena itu, perlu analisis lanjutan untuk identifikasi sumber kontaminasi spesifik dan evaluasi metode penjernihan air yang efektif.
Referensi
Abu-Sini, M. K., Maharmah, R. A., Abulebdah, D. H., & Al-Sabi, M. N. S. (2023). Isolation and Identification of Coliform Bacteria and Multidrug-Resistant Escherichia coli from Water Intended for Drug Compounding in Community Pharmacies in Jordan. Healthcare (Basel, Switzerland), 11(3), 299
American Public Health Association (APHA). (2017). Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (23rd ed.). Method 5910: Membranes for Microfiltration, Ultrafiltration, and Nanofiltration.
Bolton, J. R., & Cotton, C. A. (2008). The Ultraviolet Disinfection Handbook. American Water Works Association.
Braz, V. S., Melchior, K., & Moreira, C. G. (2020). Escherichia coli as a Multifaceted Pathogenic and Versatile Bacterium. Frontiers in cellular and infection microbiology, 10, 548492
Fernández-Baca, C. P., Spirito, C. M., Bae, J. S., Szegletes, Z. M., Barott, N., Sausele, D. J., Brooks, Y. M., Weller, D. L., & Richardson, R. E. (2021). Rapid qPCR-Based Water Quality Monitoring in New York State Recreational Waters. Frontiers in Water, 3. https://doi.org/10.3389/frwa.2021.711477
Langlais, B., et al. (1991). Ozone in Water Treatment: Application and Engineering. CRC Press.
Lv, Y., et al. (2018). “Antibacterial Activity of Silver Nanoparticles in Water Treatment”. Environmental Science & Technology, 52(7), 4038–4045.
Navab-Daneshmand, T., Friedrich, M. N. D., Gächter, M., Montealegre, M. C., Mlambo, L. S., Nhiwatiwa, T., Mosler, H.-J., & Julian, T. R. (2018). Escherichia coli Contamination across Multiple Environmental Compartments (Soil, Hands, Drinking Water, and Handwashing Water) in Urban Harare: Correlations and Risk Factors. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 98(3), 803–813. https://doi.org/10.4269/ajtmh.17-0521
Putri, I., & Priyono, B. (2022). Analisis Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Gajahmungkur. journal.unnes.ac.id. https://doi.org/10.15294/lifesci.v11i1.59799
Sabaaturohma, Clara Luceatriani, et al. (2020). Jumlah Cemaran Bakteri Coliform dan Non-Coliform pada Air di RPU di Denpasar Melampaui Baku Mutu Nasional. Indonesia Medicus Veterinus Journal, 9(1).
Sharma, K., Nagabhooshanam, N., Dasi, S., J, G., Srinivas, B., Kaur, K., & Rajaram, A. (2024). Design and implementation of closed-loop water reuse systems in urban and industrial settings for maximizing resource recovery and minimizing waste. Desalination and Water Treatment, 320, 100850. https://doi.org/10.1016/j.dwt.2024.100850
Stromberg, Z. R., Van Goor, A., Redweik, G. A. J., Wymore Brand, M. J., Wannemuehler, M. J., & Mellata, M. (2018). Pathogenic and non-pathogenic Escherichia coli colonization and host inflammatory response in a defined microbiota mouse model. Disease models & mechanisms, 11(11), dmm035063.
Vitkovic, P. (2015). Water distribution characteristics of spray nozzles in a cooling tower. EPJ Web of Conferences, 92, 02109. https://doi.org/10.1051/epjconf/20159202109Wutor, V. C., Togo, C. A., & Pletschke, B. I. (2007). The effect of physico-chemical parameters and chemical compounds on the activity of β-d-galactosidase (B-GAL), a marker enzyme for indicator microorganisms in water. Chemosphere, 68(4), 622–627. https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2007.02.050