Direkomendasikan oleh: Janice Eugenia Santoso (Archaea’21)
Kulit merupakan organ terbesar di tubuh manusia yang memiliki peran penting sebagai pelindung terhadap lingkungan luar. Salah satu bagian dari lapisan penghalang kulit yang berperan dalam menjaga kondisi serta fungsi kulit adalah mikrobioma kulit. Mikrobioma kulit manusia terdiri dari jutaan mikroorganisme pada permukaan kulit yang berbeda-beda untuk tiap orang. Hampir seluruhnya tidak berbahaya dan bermanfaat bagi kesehatan kulit (Bellefonds, 2022).
Fungsi mikrobioma kulit
- Melawan infeksi dari patogen dengan produksi antibiotik alami dan menjaga kadar pH asam kulit
- Melindungi kulit dari paparan sinar UV dengan meregulasi respons sel-sel kulit
- Membantu penyembuhan luka dan peradangan dengan mendukung respons sel-sel kulit dan sistem imun.
Komunitas mikroorganisme dapat menjaga keseimbangannya sendiri pada kulit. Namun, apabila keseimbangan tersebut dirusak (disbiosis), kita dapat mengalami berbagai macam masalah pada area tersebut. Kulit dapat menjadi lebih sensitif dan memicu pertumbuhan mikroorganisme patogen sehingga menyebabkan peradangan dan juga penyakit kulit lainnya. Ketidakseimbangan mikrobioma kulit dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti genetik, pengaruh lingkungan, gaya hidup, dan penggunaan antibiotik atau obat-obatan lainnya (McLoughlin et al., 2022). Untuk menjaganya, kita dapat melakukan perawatan dan regimen tertentu, salah satunya dengan biotic skincare.
Nah, apa itu biotic skincare?
Pada umumnya, produk perawatan kulit mengandung bahan kimia yang keras, bahan eksfoliasi, bahan fragrance, dan bahan-bahan aktif atau sintetik lainnya yang dapat mempengaruhi ataupun merusak mikrobioma kulit. Biotic skincare atau skincare berbasis mikroorganisme ini tidak mengganggu keseimbangan alami mikrobioma kulit sekaligus menjaga dan mendukung pertumbuhan mikrobioma pada kulit. Biotic skincare dapat dibagi menjadi probiotik, prebiotik, dan postbiotik (Han & Kim, 2024).
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang memiliki manfaat baik bagi kesehatan, khususnya kesehatan kulit. Beberapa contoh bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik adalah Bifidobacterium yang dapat mengurangi sensitivitas kulit, Lactobacillus yang dapat mengurangi inflamasi pada kulit dan memperbaiki skin barrier, Vitreoscilla yang dapat meningkatkan fungsi skin barrier, serta masih banyak lagi (Han & Kim, 2024). Bahkan, terdapat efek probiotik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium yang meregulasi aktivitas tirosinase sehingga produksi melanin menurun dan terjadi efek pencerahan kulit, lho (Gao et al., 2023)!
Prebiotik adalah senyawa atau nutrisi untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh atau probiotik. Selain itu, senyawa prebiotik dapat memberikan efek menenangkan pada kulit. Biasanya prebiotik berupa karbohidrat kompleks, asam amino, kalsium, magnesium, sulfur, dan lain-lain.
Di sisi lain, postbiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme, umumnya setelah mikroorganisme memanfaatkan nutrisi yang tersedia atau prebiotik. Senyawa-senyawa ini biasanya tidak dapat dihasilkan oleh tubuh manusia tetapi memiliki efek yang sangat positif terhadap kesehatan kulit, seperti contohnya asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acids) dan asam amino rantai pendek (short-chain amino acids).
Penggunaan biotic skincare akhir-akhir ini semakin populer karena bersifat bio-based sehingga dianggap lebih aman dan ramah terhadap kesehatan dan lingkungan. Beberapa aturan terkait keamanan penggunaan biotic skincare terutama jumlah probiotik (CFU/g) sudah diatur pada sejumlah regulasi oleh FDA di US, ISO 17516:2014 di Eropa, dan juga bahkan di Korea Selatan. Di Indonesia sendiri, bisnis seputar biotic skincare mulai bermunculan sehingga kita bisa melihat bagaimana bermanfaatnya mikroba ini dalam aspek kesehatan, kecantikan, lingkungan, dan bahkan menjalankan ekonomi.
Kalian bisa baca lebih lanjut beberapa contoh produk kosmetik dan skincare serta penjelasan detailnya dalam bagaimana aplikasinya mempengaruhi kondisi kulit manusia yang berbeda-beda pada jurnal penelitian Gao et al. (2023) dan Han & Kim (2024)!
Referensi
Almeida, C.V., Antiga, E., Lulli, M. (2023). Oral and Topical Probiotics and Postbiotics in Skincare and Dermatological Therapy: A Concise Review. Microorganisms, 11 (6), 1420. https://doi.org/10.3390/microorganisms11061420
Bellefonds, C. (2022). Brainy Beauty: What Do Probiotics Have to Do with Your Skin?. Healthline. https://www.healthline.com/health/probiotics-skin-care
Gao, T., Wang, X., Li, Y., Ren, F. (2023). The Role of Probiotics in Skin Health and Related Gut–Skin Axis: A Review. Nutrients, 15 (14): 3123. https://doi.org/10.3390/nu15143123
Han, J.H., Kim, H.S. (2024). Skin Deep: The Potential of Microbiome Cosmetics. Journal of Microbiology, 62, 181–199. https://doi.org/10.1007/s12275-024-00128-x
McLoughlin, I.J., Wright, E.M., Tagg, J.R. et al. Skin Microbiome—The Next Frontier for Probiotic Intervention. Probiotics & Antimicrobial Protein. 14, 630–647 (2022). https://doi.org/10.1007/s12602-021-09824-1