Direkomendasikan oleh: Muhammad Bintang Ramadhan (Archaea’23), Maverick Tjo (Archaea’23), Kayla Vajira Susanto (Archaea’23)
Dari survei yang dilakukan oleh Rakuten Insight Global pada tahun 2021, sebanyak 47% responden dari Indonesia adalah pemelihara kucing. Artinya, kucing adalah hewan yang paling banyak dipelihara di Indonesia bahkan dibandingkan dengan hewan peliharaan lainnya seperti anjing, burung, dan lain-lainnya.
Tidak heran melihat data ini, kucing memang dianggap sebagai hewan yang lucu dan cukup mudah untuk dirawat sehingga banyak orang berkeinginan untuk mengadopsi dan memelihara kucing di rumahnya. Tentunya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengadopsi kucing, yaitu lingkungan, ketersediaan waktu, perhatian, biaya, makanan, perlengkapan, dan yang tak kalah penting adalah perawatan kesehatan si kucing.
Ngomong-ngomong tentang kesehatan kucing, ternyata ada kaitannya dengan ilmu mikrobiologi, lho!
Tubuh kucing dapat menjadi tempat tinggal berbagai mikroba yang mempengaruhi kesehatan kucing maupun manusia yang berinteraksi dengannya. Terdapat 3 perspektif bagaimana mikroba ini dapat berperan dalam kesehatan kucing, yaitu patogen, mikrobiom, dan probiotik.
Patogen pada Kucing
Jadi sebenarnya kucing sendiri tidak menyebabkan penyakit, tetapi terkadang rentan atau menjadi carrier berbagai patogen. Patogen lain yang paling sering menginfeksi dan diketahui pada kucing oleh banyak orang adalah Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii adalah salah satu parasit protozoa yang menyebabkan penyakit toxoplasmosis. Parasit ini dapat bersifat laten ketika masuk dalam tubuh, tapi dapat menyebabkan gejala penyakit yang serius pada ibu hamil dan bahkan diturunkan pada anak. Prevalensi Toxoplasma gondii yang ditemukan pada kucing liar maupun domestik cukup tinggi, yaitu sebesar 37,5% dan 64% (Hatam-Nahavandi et al., 2021). Kemampuan parasit untuk menjadikan kucing sebagai inang intermedietnya membuat kucing peliharaan selalu diwaspadai dan ditakuti.
Cara Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit (patogenisitas), tepatnya toxoplasmosis, adalah dengan masuk ke dalam tubuh melalui jaringan epitel usus dalam bentuk kista bradizoit. Kemudian, kista ini dapat menjadi takizoit dan bermigrasi untuk menginfeksi sel seperti mata, hati, sistem limfatik, sistem imun innate, dan sel dendritik untuk bereplikasi dengan menembus lapisan otak sehingga mempengaruhi respons imun dan bagaimana parasit mengontrol inangnya. Parasit mengontrol inang dengan memicu produksi neurotransmitter, GABA, efektor, dan senyawa lainnya yang dapat menekan sistem imun kita memfasilitasi perpindahan parasit antarsel pada parenkim otak. Invasi yang tak terkontrol ini akhirnya menyebabkan kerusakan organ/jaringan yang disebut nekrosis (Sanches & Besteiro, 2021).
Namun, transmisi dari Toxoplasma gondii cenderung dalam bentuk oosit pada tikus, feses kucing, dan tanah yang terkontaminasi. Mode transmisi dari parasit ini cenderung berupa kontak fisik yang akhirnya masuk secara oral, cairan tubuh, serta foodborne. Parasit ini tidak disebarkan melalui udara sehingga pengendalian penyebaran pun dapat dilakukan dengan menjaga higienitas pada kucing peliharaan terutama pada pengelolaan ekskresi hewan peliharaan ya!
Selain Toxoplasma gondii, ada beberapa patogen umum yang kalian harus perhatikan pada kucing, yaitu:
Virus
- Feline Immunodeficiency Virus: Virus ini menyerang sistem imunitas dan membuat kucing lebih rentan terhadap infeksi. FIV umumnya disebarkan melalui gigitan saat perkelahian, terutama pada kucing jantan yang sering berada di luar.
- Feline Leukemia Virus: Virus ini dapat menyebabkan kanker dan melemahkan sistem imunitas. FeLV disebarkan melalui air liur, darah, dan kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi. Gejala virus ini termasuk demam, penurunan berat badan, dan infeksi berulang (Burkholder et al., 2015; Scott, n.d.).
- Astroviridae, Picornaviridae, Adenoviridae, Coronaviridae, dan Picobirnaviridae sebagai penyebab utama diare pada kucing
- Feline herpesvirus-1 (FHV-1): Virus ini menyebabkan kasus penyakit parah dengan gejala seperti demam, konjungtivitis, dan masalah pernapasan. Patogen ini sangat mudah menyebar pada kucing dan berbahaya karena belum ditemukan vaksin dan obat yang efektif.
Parasit
- Hepatozoon sp.: Protozoa parasit ini ditularkan melalui caplak (kerabat tungau) dan dapat menyebabkan penyakit serius pada kucing. Sekitar 9% kucing yang diuji menunjukkan hasil positif untuk Hepatozoon (Schäfer et al., 2021).
- Toxocara cati: Cacing gelang ini umum ditemukan pada kucing dan dapat menyebabkan toksokariasis jika menular ke manusia (Maggi et al., 2022).
- Cacing pita: Kucing dapat terinfeksi cacing pita melalui pinjal (sejenis serangga mirip kutu) yang terinfeksi. Meskipun jarang menyebabkan masalah serius, cacing pita dapat dilihat dalam tinja kucing (Scott, n.d.).
Bakteri Zoonotik
- Bartonella henselae: Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit cakaran/gigitan kucing dan berpotensi menular ke manusia, menyebabkan demam dan gejala lainnya.
- Rickettsia sp.: Bakteri ini ditularkan oleh kutu, caplak, tungau, dan pinjal, dan dapat menyebabkan berbagai infeksi. Sekitar 11% kucing menunjukkan hasil positif untuk Rickettsia (Maggi et al., 2022; Schäfer et al., 2021).
Leptospira sp.: Bakteri ini dapat menginfeksi kucing dan manusia melalui kontak dengan urin atau lingkungan yang terkontaminasi. Kucing tidak dianggap sebagai sumber utama infeksi bagi manusia, tetapi antibodi terhadap Leptospira telah ditemukan dalam beberapa kasus (Maggi et al., 2022).
Mikrobiom Milik Kucing
Seperti pada manusia, hewan peliharaan terutama kucing memiliki relung mikrobiom tersendiri yang membantu mengatur metabolisme tubuh dan pertahanan dari patogen. Mikrobiom kucing yang sehat didominasi oleh sejumlah genus seperti Bacteroides, Blautia, Lachnoclostridium, Sutterella, dan Ruminococcus. Selain itu, mikroba lain yang dapat ditemukan banyak pada mikrobiom pencernaan adalah dari genus Adlercreutzia, Alistipes, Bifidobacterium, Carnobacterium, Collinsella, Coprococcus, Desulfovibrio, Faecalibacterium, Oscillospira, Parabacteroides, Peptococcus, Peptostreptococcus, Slackia, Prevotella, Bacteroides, Collinsella, Blautia, dan Megasphaera. Kucing juga memiliki fungi dominan khas pada mikrobiomnya berupa Saccharomyces, Aspergillus, dan Penicillium (Ganz et al., 2022; Sucholdolski, 2020).
Mirip dengan kasus manusia, mikrobiom kucing memiliki berbagai fungsi yang sangat vital bagi pencernaan dan metabolisme mereka seperti produksi vitamin, asam empedu sekunder, asam lemak rantai pendek (SCFA), dan metabolit lainnya yang tidak dapat disediakan oleh kucing atau nutrisi biasa. Khususnya untuk anabul kita, mereka mengandalkan mikrobiom utamanya untuk pencernaan protein tinggi yang diperlukan oleh hewan karnivora untuk pertumbuhan.
Mikrobiom pada kucing berkembang baik sebelum lahir maupun sesudah lahir. Pada saat kucing lahir, sumber mikrobiom utama berasal dari aktivitas dan kontaknya dengan lingkungan eksternal seperti makanan kucing itu sendiri, bisa dari ASI, makanan basah, makanan kering, dll. Mikrobiom kucing cenderung stabil seiring waktu, tetapi mikroba dominan di dalamnya akan semakin menurun jumlahnya semakin tua anabul kita.
Berdasarkan penelitian dari Du et al. (2021), kita sebagai pemilik yang merawat kucing pun mempengaruhi mikrobioma secara komposisi dan alpha-diversitas spesies di dalamnya, bahkan mempengaruhi kerja metabolisme seperti peningkatan sintesis vitamin B12, asam amino, lipid, dan karbohidrat. Kaitan erat ini ditemukan terutama pada kucing betina atau kucing dengan berat normal (tidak obesitas) yang sering berinteraksi dengan majikannya melalui sentuhan, bulu kucing, dan udara. Selain itu, profil mikrobiom ditunjukkan dapat mengalami total perubahan dari beberapa genera karena kondisi obesitas dan sterilisasi, tetapi fungsi dan mekanismenya belum terelusidasi dengan jelas (Fischer et al., 2017). Itu artinya mikrobiom akan mengalami penurunan kinerja fungsionalnya. Maka, perawatan kucing sejak lahir hingga akhir penting untuk kesehatan yang berkelanjutan!
Probiotik untuk Kucing
Bukan hanya manusia dan hewan ternak, hewan peliharaan kita juga dapat diberikan probiotik sebagai salah satu bagian dari diet kucing untuk menjaga mikrobiom dan kesehatannya.
Probiotik yang dapat diberikan tentunya disesuaikan dengan dosis (umumnya 10^10 CFU/kg atau CFU/mL), karakteristik diet, dan mikrobiom dari kucing peliharaan kita. Probiotik umum yang digunakan untuk suplemen kucing adalah beberapa genus bakteri dengan mekanisme sebagai berikut (Zha et al., 2024).
- Bacillus sp. (Bacillus lichenformis, Bacillus coagulans, Bacillus amyloliquefaciens SC06, Bacillus subtilis dari natto): meningkatkan jumlah mikroflora tertentu seperti Blautia sp., Ruminococcus sp., Patescibacter, dan Plectosphaerella. Uniknya, penggunaan probiotik dari natto dapat mendukung sistem imun dan memulihkan kondisi kucing yang lemah setelah penggunaan obat dan antibiotik!
- Lactobacillus (Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus reuteri NBF 2 DSM 32264, Lactobacillus plantarum L11): membantu mencerna nutrisi, memproduksi senyawa yang berperan dalam menangkal radikal bebas (antioksidan), anti-inflamasi, membantu metabolisme lemak sehingga mengurangi senyawa dengan bau tidak sedap.
- Escherichia coli strain Nissle 1917: berkompetisi dengan E. coli yang bersifat patogen terhadap saluran kandung kemih (ekskresi)
- Saccharomyces boulardii dan Pediococcus acidilactici: memodulasi/mengontrol mikrobioma serta membantu memetabolisme asam lemak rantai pendek (SCFA).
Jadi sebenarnya apa sih manfaat probiotik bagi kucing? Ini ringkasannya~
- Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Probiotik membantu menjaga keseimbangan flora usus yang sehat. Peran ini penting untuk mencegah masalah-masalah pencernaan seperti diare dan konstipasi. Dengan pencernaan yang sehat, kucing dapat menyerap nutrisi dengan lebih baik.
- Penguatan Sistem Kekebalan Tubuh
Sebagian besar sistem kekebalan tubuh kucing terletak di usus. Probiotik mendukung pertumbuhan bakteri yang dapat memperkuat respons imun kucing terhadap infeksi dan penyakit.
- Mengurangi Risiko Alergi Makanan
Probiotik dapat membantu mengurangi risiko alergi makanan dengan memperkuat dinding usus dan mengurangi peradangan. Peran ini sangat berguna bagi kucing yang rentan terhadap alergi.
- Meningkatkan Penyerapan Nutrisi
Dengan membantu proses pencernaan, probiotik memungkinkan penyerapan nutrisi dari makanan secara lebih efisien. Peran ini berkontribusi pada kesehatan dan vitalitas kucing secara keseluruhan.
- Mengurangi Stres
Perubahan lingkungan dan pola makan dapat menyebabkan stres pada kucing. Probiotik dapat membantu menyeimbangkan flora usus dan mengurangi dampak stres, sehingga meningkatkan kesejahteraan emosional.
- Menjaga Kesehatan Mulut
Beberapa jenis probiotik juga berperan dalam menjaga kesehatan mulut dengan mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab masalah gigi dan gusi.
- Mengurangi Bau Kotoran
Dengan meningkatkan kesehatan pencernaan, probiotik juga dapat membantu mengurangi bau tidak sedap dari kotoran kucing.
Langkah Adopsi Kucing Versi Mikrobiologi
Sebelum mengadopsi kucing, cat lovers harus memperhatikan beberapa hal.
- Keadaan kesehatan kucing
Kondisi mata yang jernih dan bersih, telinga yang bersih dan berwarna merah muda, hidung yang bersih sedikit basah tanpa adanya tanda-tanda bersin, kaki yang lurus dan juga tidak pincang. Kalian juga dapat mengecek kondisi kesehatan mereka dengan membawa mereka ke dokter hewan dan melakukan diagnosis patogen dengan kit diagnostik tertentu. Di Oakland, California, bahkan ada perusahaan AnimalBiome yang dapat membantu kamu dalam menganalisis dimulai dari analisis profil mikrobioma kucing dengan bantuan sekuensing Illumina 16s rRNA hingga menawarkan produk KittyBiome untuk perawatan kucing berbasis mikrobioma!
- Tempat hidup
Cat lovers harus memastikan tempat tinggal yang bersih dan cukup luas untuk pergerakan si anabul supaya tidak stress. Tempat hidup yang bersih juga dapat mencegah terjangkitnya kucing oleh berbagai patogen yang dapat bersembunyi.
- Aktivitas makan
Cat lovers juga harus menyiapkan makanan, minuman, dan litter box yang memadai untuk si anabul. Ternyata ditemukan bahwa pemberian makanan berupa kibble lebih baik dari makanan basah (raw) untuk mikrobiom kucing berdasarkan penelitian Ganz et al. (2022). Kalian juga dapat memberikan probiotik bagi kucing kalian yang suka mengalami diare atau masalah pencernaan.
- Perawatan
Sebagai pengadopsi kucing, tentunya cat lovers harus merawat kucing secara teratur, mulai dari memandikan, membersihkan ruangan, dan bin litter. Tentunya pada umur anak kucing memerlukan vaksin tertentu yang diberikan secara intranasal atau injeksi sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh The World Small Animal Veterinary Association (WSAVA) Vaccination Guidelines Group (VGG). Vaksin WAJIB kucing (core vaccine) yang harus diketahui oleh cat lovers adalah vaksin virus feline leukemia (FeLV), rabies, dan vaksin FVRCP (3 tahun sekali bahkan untuk dewasa) (Squires et al., 2024). Selain vaksinasi, pengecekan kesehatan kucing ke dokter hewan perlu dilakukan minimal 1 tahun sekali.
- Finansial
Yang paling pasti cat lovers harus menyiapkan finansial yang cukup melalui budgeting terkait semua hal yang ada di atas agar kucing yang diadopsi tidak kembali terlantar. Hal ini pun belum termasuk kebutuhan sekunder kucing seperti hiburan, aksesoris, dan lain-lain. Jika merasa belum sanggup mengadopsi kucing, cat lovers juga dapat berkontribusi merawat kucing dengan berdonasi pada shelter kucing terdekat yang benar-benar merawat kucing-kucing terlantar.
Nah setelah semua komponen yang disebutkan tadi terpenuhi, cat lovers sudah siap mengadopsi cat shelter terdekat untuk dapat mengadopsi anabul kalian.
Wah! Ternyata menarik dan banyak ternyata yang bisa kita ulik tentang sisi mikrobiologi dari kucing terkait kesehatannya. Kita dapat memahami bagaimana berbagai jenis mikroba pada tubuh kucing dapat mempengaruhi hewan peliharaan kita. Selain itu, berbagai faktor seperti diet, sterilisasi, nutrisi, dan lain-lain juga mempengaruhi mikroba yang sama sehingga berefek pada kesehatan si kucing.
Nah, ingin berkontribusi terhadap kesehatan kucing-kucing lucu meski gak punya kucing? Sudah saatnya kamu kepoin komunitas ITB Street Feeding! Di sini kamu bisa memperoleh edukasi segala hal tentang kucing, informasi kegiatan feeding routine dan sterilisasi, bahkan bisa mengadopsi dan berdonasi, lho. Langsung aja cek di media sosialnya lewat linktree di link linktr.ee/itb_streetfeeding
Diedit oleh: Beatrice Andreanna Wijaya (Archaea’21)
DAFTAR PUSTAKA
Burkholder, T., Feliciano, C. L., VandeWoude, S., & Baker, H. J. (2015). Biology and Diseases of Cats. In Laboratory Animal Medicine (pp. 555-576). Academic Press.
Dian, S., Ganiem, A. R., & Ekawardhani, S. (2023). Cerebral toxoplasmosis in HIV-infected patients: a review. Pathogens and global health, 117(1), 14-23.
Du, G., Huang, H., Zhu, Q., & Ying, L. (2021). Effects of cat ownership on the gut microbiota of owners. PLoS One, 16(6), e0253133.
Fischer, M. M., Kessler, A. M., Kieffer, D. A., Knotts, T. A., Kim, K., Wei, A., … & Fascetti, A. J. (2017). Effects of obesity, energy restriction and neutering on the faecal microbiota of cats. British Journal of Nutrition, 118(7), 513-524.
Ganz, H. H., Jospin, G., Rojas, C. A., Martin, A. L., Dahlhausen, K., Kingsbury, D. D., … & Jarett, J. K. (2022). The Kitty Microbiome Project: Defining the healthy fecal “core microbiome” in pet domestic cats. Veterinary Sciences, 9(11), 635.
Hatam-Nahavandi, K., Calero-Bernal, R., Rahimi, M. T., Pagheh, A. S., Zarean, M., Dezhkam, A., & Ahmadpour, E. (2021). Toxoplasma gondii infection in domestic and wild felids as public health concerns: a systematic review and meta-analysis. Scientific reports, 11(1), 9509.
Maggi, R. G., Halls, V., Krämer, F., Lappin, M., Pennisi, M. G., Peregrine, A. S., … & Wright, I. (2022). Vector-borne and other pathogens of potential relevance disseminated by relocated cats. Parasites & vectors, 15(1), 415.
Sanchez, S. G., & Besteiro, S. (2021). The pathogenicity and virulence of Toxoplasma gondii. Virulence, 12(1), 3095-3114.
Schäfer, I., Kohn, B., Volkmann, M., & Müller, E. (2021). Retrospective evaluation of vector-borne pathogens in cats living in Germany (2012–2020). Parasites & Vectors, 14, 1-9.
Scott, J. (n.d.). 24 Common Cat Diseases & Health Problems [Plus Symptom Guide]. RAWZ. Diakses pada https://rawznaturalpetfood.com/common-cat-diseases/
Squires, R. A., Crawford, C., Marcondes, M., & Whitley, N. (2024). 2024 guidelines for the vaccination of dogs and cats–compiled by the Vaccination Guidelines Group (VGG) of the World Small Animal Veterinary Association (WSAVA). Journal of Small Animal Practice, 65(5), 277-316.
Wernimont, S. M., Radosevich, J., Jackson, M. I., Ephraim, E., Badri, D. V., MacLeay, J. M., … & Suchodolski, J. S. (2020). The effects of nutrition on the gastrointestinal microbiome of cats and dogs: impact on health and disease. Frontiers in Microbiology, 11, 1266.
Zha, M., Zhu, S., & Chen, Y. (2024). Probiotics and Cat Health: A Review of Progress and Prospects. Microorganisms, 12(6), 1080.