Disusun oleh: Faiqah Suci Vaneria (Archaea ‘23)
Tahukah kamu bahwa satu virus kecil dapat menghancurkan seluruh sistem pertahanan tubuh kita? Inilah kenyataan yang dihadapi oleh jutaan orang setiap harinya!
Mengenal HIV dan AIDS: Apa yang Terjadi di Dalam Tubuh Kita?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 atau sel T-helper, yang berperan penting dalam melawan infeksi. Jika tidak ditangani, HIV bisa berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu tahap akhir ketika daya tahan tubuh sangat lemah. Saat jumlah sel CD4 turun di bawah 200 sel/mm³ (dari normalnya 500–1.500), tubuh menjadi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik—penyakit yang biasanya tidak berbahaya, tapi bisa menjadi serius, seperti pneumonia, TB, kandidiasis, atau bahkan kanker kulit seperti sarkoma Kaposi.
Bagaimana HIV Menginfeksi Tubuh? Ini Prosesnya Langkah demi Langkah!
HIV menginfeksi tubuh melalui beberapa tahap. Pertama, virus menempel pada sel T-helper dengan mengikat reseptor CD4 dan koreseptor seperti CCR5 atau CXCR4. Setelah itu, virus menyatu dengan membran sel (fusi) dan memasukkan materi genetiknya. Di dalam sel, enzim reverse transcriptase mengubah RNA virus menjadi DNA, yang kemudian diintegrasikan ke dalam DNA sel inang oleh enzim integrase. Tahapan ini menjadi target utama beberapa jenis obat antiretroviral, seperti NRTIs, NNRTIs, dan INSTIs.Setelah integrasi, DNA virus mulai aktif menghasilkan RNA dan protein virus melalui proses transkripsi dan translasi. Protein dan RNA tersebut dirakit menjadi virus baru yang keluar dari sel melalui proses budding. Dalam tahap akhir, virus menjadi matang dan siap menginfeksi sel lain dengan bantuan enzim protease. Inhibitor protease bekerja dengan mencegah pematangan virus ini. Semua tahapan ini menjadi target penting dalam terapi HIV agar infeksi bisa dikendalikan dan tidak berkembang menjadi AIDS.
Bagaimana HIV Menular? Fakta Penting yang Perlu Kamu Tahu
- Faktor yang meningkatkan penularan
- Viral load tinggi : Semakin tinggi jumlah virus (viral load) dalam cairan tubuh seseorang (seperti darah, sperma, atau cairan vagina), semakin besar risiko penularan.
- Tidak menjalani pengobatan ARV : Orang yang tidak menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) memiliki viral load yang lebih tinggi dan lebih menular.
- Adanya infeksi menular seksual (IMS): IMS dapat menyebabkan peradangan dan luka pada organ kelamin, memudahkan penularan HIV.
- Praktik seksual berisiko: Hubungan seks tanpa kondom meningkatkan risiko penularan.
- Penggunaan narkoba suntik: Berbagi jarum suntik meningkatkan risiko penularan HIV dan virus lainnya.
2. Pencegahan penularan
- Gunakan kondom: Penggunaan kondom yang benar dan konsisten selama hubungan seksual dapat mengurangi risiko penularan HIV.
- Hindari penggunaan narkoba suntik: Jangan berbagi jarum suntik dengan orang lain.
- Lakukan tes HIV secara teratur: Deteksi dini memungkinkan pengobatan ARV dimulai lebih awal.
- Pengobatan ARV: Orang dengan HIV yang menjalani pengobatan ARV dan memiliki viral load yang tidak terdeteksi tidak dapat menularkan HIV kepada orang lain (Undetectable = Untransmittable atau U=U).
- PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis): Mengonsumsi obat ARV setiap hari dapat mencegah infeksi HIV pada orang yang berisiko tinggi.
- PEP (Post-Exposure Prophylaxis): Mengonsumsi obat ARV setelah terpapar HIV (misalnya, setelah hubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik) dapat mencegah infeksi jika dimulai dalam 72 jam setelah paparan.
- Pencegahan penularan dari ibu ke anak: Ibu hamil dengan HIV harus mendapatkan pengobatan ARV untuk mencegah penularan ke bayi mereka.
Ini Fakta Seputar Pengobatan dan Harapan ke Depan
Pernahkah #MicroFolks membayangkan hidup dengan virus yang tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan seumur hidup? Itulah kenyataan bagi jutaan orang yang hidup dengan HIV. Meski hingga kini belum ada obat yang benar-benar bisa menghapus HIV dari tubuh, dunia medis telah menemukan senjata ampuh untuk melawannya :
- Attachment inhibitors (Inhibitor penempelan): Mencegah virus menempel pada sel inang. Contohnya seperti Fostemsavir (Rukobia). Fostemsavir adalah prodrug (obat yang diaktifkan di dalam tubuh) yang setelah diabsorbsi akan diubah menjadi temsavir. Temsavir berikatan dengan protein gp120 pada permukaan virus HIV dan menghalangi interaksi antara HIV dan reseptor CD4 pada sel inang. Dengan menghalangi penempelan, virus tidak dapat menginfeksi sel.
- CCR5 inhibitors (Inhibitor CCR5): Mencegah HIV masuk ke dalam sel dengan memblokir reseptor CCR5. Contohnya seperti Maraviroc (Selzentry, Celsentri). Maraviroc bekerja dengan menghalangi reseptor CCR5 pada permukaan sel T-helper. HIV menggunakan CCR5 sebagai salah satu cara untuk masuk ke dalam sel. Dengan menghalangi CCR5, Maraviroc mencegah virus masuk sel T-helper.
- Fusion inhibitors (Inhibitor fusi): Mencegah membran virus menyatu dengan membran sel inang. Contohnya seperti Enfuvirtide (Fuzeon). Enfuvirtide adalah peptida sintetik yang berikatan dengan protein gp41 pada HIV. Protein gp41 diperlukan untuk fusi membran virus dengan membran sel T-helper. Dengan berikatan dengan gp41, enfuvirtide mencegah fusi dan masuknya virus ke dalam sel.
- INSTIs (Inhibitor integrase): Menghambat enzim integrase yang diperlukan untuk memasukkan materi genetik virus ke dalam DNA sel inang. Contohnya seperti Raltegravir (Isentress), Dolutegravir (Tivicay).
- Protease inhibitors (Inhibitor protease): Memblokir enzim protease yang diperlukan untuk memproses protein virus baru. Contohnya seperti Atazanavir (Reyataz), Darunavir (Prezista). Protease inhibitor menghambat enzim protease, yang digunakan oleh HIV untuk memotong protein virus yang panjang menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan fungsional. Dengan menghalangi protease, virus tidak dapat matang dan menginfeksi sel lain.
- Maturation inhibitors (Inhibitor pematangan): Menghambat proses pematangan virus.
Kamus Kata – Kata Sulit
Kata – Kata Sulit | Artinya |
CD4 / Sel T helper | Sel darah putih penting yang membantu tubuh melawan infeksi. |
Sitokin | Zat kimia yang dikeluarkan sel imun untuk mengatur respon kekebalan tubuh. |
Infeksi oportunistik | Penyakit yang muncul karena sistem kekebalan tubuh sangat lemah. |
Pneumonia pneumocystis | Infeksi paru-paru serius yang sering terjadi pada penderita AIDS. |
Kandidiasis esofagus | Infeksi jamur pada tenggorokan bagian dalam. |
Toksoplasmosis otak | Infeksi parasit pada otak, sering menyerang penderita AIDS. |
Reseptor | Bagian permukaan sel tubuh tempat virus menempel. |
Maturation inhibitors | Obat yang mencegah virus menjadi bentuk yang lengkap dan menular. |
Daftar Pustaka
Deeks, S. G., Overbaugh, J., Phillips, A., & Buchbinder, S. (2015). HIV Infection. Nature Reviews Disease Primers, 1(1). https://doi.org/10.1038/nrdp.2015.35
dr. Fitrina Aprilia. (2020, July 7). HIV dan AIDS. Halodoc. https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
European Medicines Agency. (n.d.). Rukobia: EPAR – Product information. Retrieved April 17, 2025, from https://www.ema.europa.eu/en/medicines/human/EPAR/rukobia
HIV.gov. (n.d.). HIV medications. Retrieved April 17, 2025, from https://www.hiv.gov/hiv-basics/hiv-treatment/hiv-medications
Nur, S., Natasya, & Misna. (2025). HIV/AIDS : Update Terkini di Indonesia. Protein: Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 3(1). https://doi.org/10.61132/protein.v3i1.918
U.S. Food and Drug Administration. (2003). Fuzeon (enfuvirtide) for subcutaneous injection: Initial U.S. Approval. Retrieved April 17, 2025, from https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2003/21481lbl.pdf
U.S. Food and Drug Administration. (2007). Selzentry (maraviroc) tablets, for oral use: Initial U.S. Approval. Retrieved April 17, 2025, from https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2007/022128lbl.pdf